Rabu, 18 Februari 2015

Chapter 4 - INTERNATIONAL ACCOUNTING

Perbedaan Penerapan Akuntansi di Dunia Internasional
Dalam beberapa tahun terakhir banyak negara memilih untuk mengadopsi standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB, yang diterakan secar efektif sejak tahun 2005. Namun untuk memahami bagaimana aturan akuntansi negara-negara yang berbeda mengakibatkan perbedaan hasil akuntansi sebelum upaya standarisasi akuntansi dilakukan, hal ini berguna untuk mempertimbangkan bagaimana perbedaan hasil yang bervariasi tergantung pada standar akuntansi yang digunakan untuk berbagai transaksi pada negara-negara tersebut. Pertimbangan bahwa negara-negara yang berbeda aturan akuntansi dapat menghasilkan keuntungan atau kerugian yang berbeda secara signifikan adalah alasan untuk mengadopsi standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB.  Jika berbagai negara mengadopsi aturan akuntansi yang sama perbedaan antara hasil yang akan dilaporkan di berbagai negara tidak akan terjadi.

Nobes dan Parker (2004) membedakan antara 'harmonisasi' dan 'standarisasi' akuntansi. 'harmonisasi' didefinisikan sebagai 'proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batasan tingkat perbedaanya.  Standarisasi merupakan penerapan dari seperangkat aturan yang lebih ketat dan lingkup yang sempit (dari harmonisasi).  Harmonisasi bersifat lebih fleksibel daripada standarisasi, namun kedua istilah tesebut sering diartikan sama dalam akuntansi internasional.

Nobes dan Parker (2004) menjelaskan bahwa alasan dalam upaya untuk standardisasi internasional akuntansi keuangan untuk memungkinkan dalam memahami laporan keuangan secara global dan memiliki dasar memadai untuk membandingkan angka akuntansi keuangan dari berbagai negara yang dimengerti dan interpretasi informasi akuntansi keuangan lebih efektif karena semua perkiraan disusun menggunakan asumsi yang mendasari dan aturan akuntansi yang sama.

Gambaran Singkat IASB dan Globalisasi
Dalam menggambarkan sejarah IASB, kita mungkin perlu kembali lebih dari lima puluh tahun yang lalu dan merujuk pada sejarah mantan presiden Lembaga Akuntan Inggris/Institude of Chartered Accountant of England and Wales (ICAEW), Henry Benson.  Benson terpilih sebagai presiden dari ICAEW pada tahun 1966.  Di bulan Februari 1967, ICAEW bersama Lembaga Akuntan Canada/Canadian Institute of Chartered Accountant (CICA) dan Lembaga Akuntan Publik America/The American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendirikan Kelompok Studi Akuntan International, yang mempublikasikan makalah tentang topik akuntansi dan secara bertahap mengembangkan kerangka tersendiri. Ini kemudian menjadi dasar untuk pembentukan Komite Standar Akuntansi International/International Accounting Standards Committee (IASC) pada tahun 1973, yang kemudian diikuti oleh Lembaga Akuntan dari Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, dan Belanda.

Di akhir tahun 1990-an ada perubahan signifikan terhadap IASC dan operasinya. Yayasan IASC dibentuk dan badan ini melalui kelompok perwakilan ditugaskan melakukan supervisi terhadap operasi Dewan Standar Akuntansi Internasional/International Accounting Standards Boards (IASB) yang baru dibentuk dan mulai beroperasi pada tahun 2001. Para perwakilan dari Yayasan IASC bertanggung jawab atas tata kelola dan pengawasan IASB, termasuk pendanaan. Namun, Para perwakilan tidak terlibat dalam hal-hal teknis yang berkaitan dengan standar.  Tanggung jawab untuk hal-hal teknis yang terkait dengan standar akuntansi merupakan tanggung jawab IASB.

para Perwakilan yayasan IASC juga ditunjuk sebagai anggota IASB, Komite Internasional Interpretasi Laporan Keuangan/International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) dan Dewan Penasehat Standar/Standards Advisory Council. Secara singkat IASB, yang anggotanya merangkap IFRIC adalah badan interpretatif dari yayasan IASC dan mandatnya adalah untuk meninjau isu-isu akuntansi secara tepat waktu, yang saat ini telah muncul dalam konteks Standar Pelaporan Keuangan Internasional/International Financial Reporting Standards (IFRC). 

Aturan Amerika Serikat Dalam Standarisasi Akuntansi Keuangan Internasional
Satu pengecualian untuk adopsi global IFRS adalah Amerika Serikat. Sebelum mempertimbangkan posisi AS dalam standarisasi global, penting untuk mempertimbangkan secara singkat dua badan utama yang bertanggung jawab untuk regulasi akuntansi di AS. Komisi Sekuritas dan Pertukaran/Securities and Exchange Commission (SEC), dan Dewan Standar Akuntansi Keuangan/Financial Accounting Standard Board (FASB). Selama beberapa dekade profesi akuntansi Amerika mengembangkan berbagai dokumen yang dikenal sebagai 'Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum/Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)'. pada tahun 1973 SEC dipercayakan tugas untuk mengembangkan standar akuntansi untuk Dewan Standar Akuntansi Keuangan/Financial Accounting Standards Board (FASB) yang baru dibentuk.  FASB adalah lembaga swasta yang dibentuk untuk bertindak dalam 'kepentingan umum'. Ketika FASB ditetapkan sebagai lembaga independen, SEC memiliki kuasa untuk mengesampingkan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh FASB.

Di AS ketergantungan masih ditempatkan pada standar akuntansi yang dikeluarkan oleh FASB bukan pada standar yang dikeluarkan oleh IASB, tidak seperti banyak negara lain AS belum mengadopsi IFRS. Mengingat bahwa AS merupakan pasar modal utama di dunia, non keterlibatannya merupakan pembatasan yang signifikan dalam penerimaan global IFRS. AS sangat kuat bertekad untuk tidak mengadopsi IFRS. Namun, ketetapan ini tampaknya berkurang sekitar tahun 2001-2002 dengan berbagai 'skandal akuntansi' yang melibatkan organisasi seperti Enron.  Ada hambatan di AS sehubungan dengan adopsi IFRS oleh organisasi yang berbasis di AS. Meskipun ada pandangan bahwa IFRS akhirnya akan diadopsi, adopsi mungkin bisa diterapkan beberapa tahun lagi.

Penjelasan Mengenai Perbedaan Dalam Akuntansi
standarisasi akuntansi oleh banyak negara yang berbeda, dengan mekanisme yang berbeda, bentuk pasar modal yang berbeda, budaya yang berbeda dan sebagainya, mungkin dianggap mengarah pada standardisasi praktik akuntansi. tentu ini tampaknya menjadi asumsi utama dari IASB.  Ada berbagai alasan mengapa perbedaan internasional akan terus bertahan setelah diperkenalkannya IFRS :
1.        Perbedaan sistem perpajakan
2.        Perbedaan pengaruh ekonomi dan politik pada pelaporan keuangan
3.        Modifikasi IFRS pada tingkat nasional
4.        Perbedaan dalam pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum

Banyak alasan yang menyebabkan perbedaan dalam metode akuntansi dari berbagai negara. Mueller (1968) menunjukkan bahwa perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam hukum yang mendasari negara, sistem politik, atau tingkat perkembangan ekonomi suatu negara.  Faktor lain seperti sistem pajak, tingkat pendidikan dan tingkat pembangunan ekonomi juga sebagai penjelasan atas perbedaan dalam sejarah praktek akuntansi. Saat ini tidak ada teori yang menjelaskan mengapa, karena tidak adanya upaya untuk membakukan akuntansi, kita akan berharap untuk menemukan perbedaan internasional dalam praktik akuntansi. Banyak hal yang menjadi penyebab perbedaan tersebut yaitu sebagai berikut.
1.        Budaya
Budaya adalah suatu konsep umum yang akan diharapkan berdampak pada sistem hukum, sistem perpajakan, cara bisnis dibentuk dan dibiayai, dan sebagainya. selama bertahun-tahun kebudayaan telah digunakan dalam literatur psikologi, antropologi, dan sosiologi sebagai dasar untuk menjelaskan perbedaan dalam sistem sosial. dalam beberapa dekade terakhir ini juga telah digunakan untuk mencoba menjelaskan perbedaan sistem akuntansi internasional.  Sistem nilai akuntansi berasal dari dan terkait dengan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial yang juga dipegang oleh akuntan berdampak pada perkembangan sistem akuntansi dalam skala nasional.

Takatera dan Yamamoto (1987) mendefinisikan budaya sebagai wujud norma, nilai-nilai dan adat yang mencerminkan ciri perilaku yang khas.  Hofstede (1980) mendefinisikan budaya sebagai pemikiran yang membedakan anggota satu kelompok manusia dari yang lain. Gray (1988) menggambarkan budaya sebagai sistem nilai-nilai sosial atau kolektif diselenggarakan dan bukan nilai-nilai pada tingkat individu.  Gray berpendapat bahwa kerangka metodologi penggabungan budaya dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi perbedaan internasional dalam sistem dan pola pengembangan akuntansi internasional.  Setiap pertimbangan budaya tentu membutuhkan pilihan yang sulit untuk aspek budaya yang penting bagi masalah tersebut yang pada gilirannya bagaimana seseorang dapat mengukur sifat budaya yang relevan.

2.        Agama
Hamid, Craig, dan Clarke (1993) menganggap salah satu unsur budaya yaitu agama berpengaruh dalam praktek akuntansi. mereka menunjukkan, agama mengatasi batas-batas nasional. Budaya yang ada di berbagai negara Islam tercermin pada bagaimana isu-isu agama dibahas dalam literatur akuntansi.  Hamid, Craig, dan Clarke menunjukkan bahwa Islam memang memiliki pengertian tentang kepatuhan kepada Tuhan dan bukan untuk kepentingan pemilik ekuitas atau pemberi pinjaman. Orang muslim percaya bahwa mereka memiliki aset bukan untuk diri mereka sendiri tetapi untuk kepentingan ibadah kepada Tuhan. Ada juga perbedaan mendasar lainnya, misalnya Islam melarang pembiayaan utang dan pembayaran bunga, dan larangan ini memiliki implikasi yang signifikan bagi proses harmonisasi standar akuntansi internasional.  Hamid, Craig, dan Clarke memberikan argumen yang logis bahwa agama memiliki dampak besar pada sistem akuntansi yang dipilih. Agama berpotensi dapat mempengaruhi bagaimana orang melakukan bisnis dan bagaimana mereka membuat Keputusan.

3.        Sistem Hukum
Sistem hukum yang ada di dunia dapat dibagi menjadi dua kategori: sistem hukum umum dan sistem hukum Romawi. dalam sistem hukum umum berdasarkan sudut pandang ketentuan perundang-undangan. Setiap keputusan hukum kemudian menjadi contoh praktik hukum untuk kasus di masa yang akan datang. Sistem hukum umum berasal dari Inggris dan menyebar ke negara-negara bekas koloninya. Dalam sistem hukum Romawi, hukum parlementer cenderung sangat rinci dan mencakup sebagian besar aspek kehidupan sehari-hari. Implikasinya terhadap akuntansi adalah bahwa dalam negara yang menganut sistem hukum umum ditemukan relatif sedikit undang-undang akuntansi yang mengatur praktik akuntansi, dan oleh karena itu secara historis perkembangan praktik akuntansi akan ditinggalkan lebih pada penilaian akuntan dan auditor profesional.
Dengan sistem hukum romawi sebaliknya kita akan mengharapkan untuk menemukan badan hukum akuntansi yang menetapkan secara rinci bagaimana masing-masing jenis transaksi atau peristiwa diperlakukan. Dalam sistem tersebut membutuhkan penggunaan pertimbangan profesional yang lebih sedikit dalam mempersiapkan atau mengembangkan praktik akuntansi.

Nobes dan Parker (2004) menjelaskan sistem hukum umum dikembangkan di Inggris, sedangkan sistem hukum Romawi dikembangkan di negara-negara benua Eropa.  Negara-negara dimana pengembangan sistem hukum yang praktek sangat dipengaruhi oleh Inggris cenderung memiliki sistem hukum umum. sebaliknya sebagian besar negara benua Eropa, dan negara yang sistem hukumnya di bawah pengaruh negara-negara tersebut, cenderung memiliki sistem hukum Romawi.

4.        Kepemilikan Usaha dan Sistem Pembiayaan
Terdapat faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi suatu negara dalam kepemilikan usaha dan sitem pembiayaan.  Faktor ini dapat dibagi ke dalam jenis yang berbeda, faktor dari pihak luar sistem dan faktor dari pihak dalam sistem.  Pada faktor dari pihak luar sistem, pemegang saham eksternal merupakan sumber utama pembiayaan untuk kegiatan usaha. Sebagai pemegang saham eksternal tidak akan terlibat dalam pengelolaan perusahaan, dan karena itu tidak akan memiliki akses terhadap informasi akuntansi manajemen perusahaan, mereka perlu diberikan informasi akuntansi keuangan tersendiri untuk membantu membuat keputusan investasi. 

Sebaliknya, dalam faktor dari pihak dalam sistem keuangan, penyediaan pembiayaan oleh pemegang saham eksternal jauh lebih signifikan.  Bukannya telah terjadi dominasi bisnis milik keluarga dan/atau penyedia dominan keuangan jangka panjang secara historis baik bank atau pemerintah (Zysman, 1983).  Dengan bisnis milik keluarga, pemilik akan cenderung memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen internal secara rinci dari usaha, sehingga tidak ada kebutuhan untuk memberikan informasi laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan investasi oleh pemegang saham.
Negara-negara yang secara historis telah didominasi oleh faktor insider financed cenderung juga menjadi negara dengan sistem hukum Romawi, sementara negara-negara outsider financed biasanya memiliki sistem hukum umum. sehingga sebagian besar negara Eropa benua secara historis mengandalkan bentuk insider financed, dengan hasil bahwa akuntansi keuangan di negara-negara ini tidak berkembang untuk melayani kebutuhan keputusan investasi di pasar modal. sebaliknya Inggris dan Irlandia telah mengandalkan pada tingkat yang jauh lebih besar pada bentuk outsider financed, dengan peran utama akuntansi historis menjadi untuk melayani kebutuhan informasi pasar modal dengan informasi yang adil, seimbang dan berbobot.

5.        Sistem Perpajakan
Di negara-negara dengan sistem outsider finance, praktik akuntansi keuangan dikembangkan untuk memberikan gambaran yang adil, seimbang dan objektif tentang kinerja ekonomi yang mendasari bisnis untuk membantu meningkatkan efektivitas keputusan alokasi investasi oleh pemegang saham eksternal. sistem tersebut mengharuskan akuntansi mencerminkan semacam realitas ekonomi, misalnya bisnis memilih metode penyusutan yang paling dekat mencerminkan cara yang menggunakan aset tetap.  Sebaliknya di negara yang mayoritas menggunakan sistem insider finance, laporan keuangan yang telah dikembangkan untuk menggambarkan beberapa bentuk realitas ekonomi yang mendasari ini tidak disajikan. meskipun laporan keuangan telah dikembangkan untuk tujuan yang berbeda, dan satu tujuan penting adalah perhitungan pajak.

Di sebagian besar negara-negara benua eropa yang secara tradisional bergantung pada sistem insider finance, bagi perusahaan tunjangan pajak ini harus dimasukkan dalam laporan keuangannya. misalnya jika perusahaan ingin mengurangi kewajiban pajaknya dengan mengambil keuntungan maksimum yang diijinkan dari tunjangan penyusutan pajak, itu harus menyertakan tunjangan penyusutan pajak dalam laporan keuangannya.  Di negara-negara dengan sistem outsider finance, rekening pajak secara historis telah terpisah dari rekening keuangan. sehingga jika sebuah perusahaan ingin mengklaim tunjangan penyusutan pajak maksimum yang diizinkan oleh hukum perpajakan tidak akan mempengaruhi perhitungan keuntungan yang dilaporkan dalam laporan keuangan. sehingga dapat mencerminkan biaya penyusutan yang dan pemanfaatan aset yang wajar tanpa mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengklaim tunjangan penyusutan pajak maksimum dalam rekening pajak, dan ketentuan hukum perpajakan belum memberikan banyak pengaruh terhadap laporan keuangan.
6.        Kekuatan Profesi Akuntansi
Kekuatan profesi akuntansi di negara manapun secara historis telah ditentukan oleh faktor yang bersifat kelembagaan pada sistem akuntansi keuangan.  Di negara sistem hukum umum, yang memiliki sistem didominasi sistem outsider finance di mana undang-undang pajak memiliki sedikit pengaruh pada akuntansi keuangan, akan relatif sedikit ketentuan undang-undang menentukan isi laporan keuangan. Tujuan utama dari laporan keuangan akan telah memberikan penyajian yang wajar, seimbang dan objektif tentang kinerja ekonomi yang mendasari bisnis, dan ini akan diperlukan pertimbangan profesional untuk mengatasi setiap situasi yang berbeda.  Sebaliknya di negara sistem hukum romawi yang didominasi sistem insider finance di mana sesuai dengan rincian hukum pajak memberikan pengaruh besar pada bentuk finansial, akan ada telah sedikit kebutuhan atau ruang untuk penggunaan pertimbangan profesional ketika menyusun laporan akuntansi keuangan.

7.    Riwayat Bencana
Noble and parker (2004) menunjukkan pentingnya faktor tambahan yaitu riwayat bencana, yang pengaruhnya akan terbatas pada sistem akuntansi dari masing-masing negara yang terkena dampak bencana. misalnya AS mendirikan undang-undang bursa efek yang bertujuan untuk perlindungan investor.  Undang-undang ini meliputi persyaratan akuntansi tertentu yang telah didelegasikan kepada lembaga standar akuntansi sektor swasta yang menetapkan dan yang telah menghasilkan serangkaian aturan akuntansi.

Hambatan Dalam Standarisasi Akuntansi Keuangan

Salah satu kendala untuk pembentukan standardisasi akuntansi internasional adalah perbedaan budaya internasional dan kelembagaan yang menyebabkan bahwa akuntansi keuangan bervariasi.   Selanjutnya hambatan lebih lanjut untuk harmonisasi adalah kurangnya pengembangan profesi akuntansi di beberapa negara, sehingga di negara-negara di mana profesi akuntansi belum dikembangkan bahwa ada kemungkinan masalah pelaksanaan akuntansi internasional berbasi Model anglo Akuntansi Anglo Amerika.  Potensi dan kendala yang signifikan dalam standarisasi yang sedang berlangsung akuntansi adalah peraturan akuntansi dapat dan memang memiliki konsekuensi ekonomi. Pemerintah masing-masing negara mungkin menyesal memberikan kontrol erhadap proses pengaturan standar akuntansi yang memiliki konsekuensi ekonomi nyata untuk sebuah badan internasional di mana mereka memiliki pengaruh yang kecil.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Luv AHM & 2NA

Senin, 16 Februari 2015

PILIHAN (CHOICE)

Pilihan konsumen (Choice) diartikan bahwa orang memilih sekumpulan bundel yang terbaik yang mereka mampu.  Dalam istilah yang lebih profesional dikatakan bahwa "konsumen memilih sekumpulan yang paling disukai dari keterbatasan anggaran mereka."

PILIHAN OPTIMAL
Ketika ditelusuri sepanjang garis anggaran berarti bahwa pergerakan kurva indiferen yang lebih tinggi dan ketika sampai pada kurva indiferen yang hanya menyentuh garis anggaran adalah titik optimal. Pada gambar dibawah ini, sekumpulan bundel barang yang berhubungan dengan kurva indiferen tertinggi yang hanya menyentuh garis anggaran diberi label (x*1, x*2).  Pilihan (x*1, x*2) adalah pilihan yang optimal bagi konsumen.  Dengan demikian bundel (x*1, x*2) adalah bundel terbaik yang konsumen mampu




Pilihan yang optimal. Posisi konsumsi optimal adalah di mana kurva indiferen bersinggungan dengan garis anggaran.










pada pilihan ini, kurva indiferen bersinggungan dengan garis anggaran. Jika kurva indiferen tidak bersinggungan, tetapi memotong garis anggaran, akan ada beberapa titik terdekat pada garis anggaran yang terletak di atas kurva indiferen yang berarti bahwa tidak bisa dimulai pada bundel optimal.  Berikut terdapat pengecualian pada pilihan yang optimal yaitu sebagai berikut.

a.       Kurva indiferen mungkin memiliki garis singgung, seperti pada berikut, kurva indiferen memiliki kekakuan pada pilihan yang optimal, dan singgungan tidak terdefinisikan, karena definisi matematika garis singgung mensyaratkan bahwa ada garis singgung yang khusus pada setiap titik. Hal ini tidak memiliki banyak makna ekonomis dan lebih merupakan gangguan pada hal yang lain.










Selera Yang Kaku.  Berikut adalah bundel konsumsi optimal di mana kurva indiferen tidak memiliki garis singgung.




b.    Titik optimal terjadi di mana konsumsi berada pada titik nol maka kemiringan kurva indiferen dan kemiringan garis anggaran berbeda, namun kurva indiferen masih tidak memotong garis anggaran.









Batas Optimum. Konsumsi optimal melibatkan mengkonsumsi nol unit baik 2. kurva indiferen tidak bersinggungan dengan garis anggaran.


Kami telah menemukan kondisi yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pilihan optimal.  Jika pilihan yang optimal melibatkan konsumsi dua jenis barang maka tentu kurva indiferen akan bersinggungan ke garis anggaran. Tapi apakah titik singgung itu mensyaratkan kondisi yang cukup untuk bundel menjadi optimal dengan garis anggaran? Jika kita menemukan bundel mana kurva indiferen adalah bersinggungan dengan garis anggaran, bisa kita pastikan kita memiliki pilihan yang optimal?. Di sini kita memiliki tiga bundel dimana kondisi titik singgung ini dipenuhi, tetapi terdapat hanya dua titik yang optimal.

Jadi secara umum, kondisi titik singgung hanya kondisi yang diperlukan untuk optimalitas, bukan kondisi yang memadai.

Lebih dari satu titik singgung. Di sini ada tiga titik singgung, tetapi hanya dua titik yang optimal, sehingga kondisi titik singgung diperlukan namun tidaklah memadai



ada satu kasus lainnya yaitu kondisi dimana preferensi cembung. Dalam kasus preferensi cembung, setiap titik yang memenuhi kondisi singgung harus menjadi titik optimal.  Kurva indiferen cembung harus kurva jauh dari garis anggaran, mereka tidak bisa menekuk kembali menyentuhnya lagi.

PERMINTAAN KONSUMEN
Pilihan optimal barang 1 dan 2 di tingkatan harga dan pendapatan disebut bundel permintaan konsumen. Secara umum ketika harga dan pendapatan berubah, maka pilihan yang optimal konsumen akan berubah. Fungsi Permintaan adalah fungsi yang menghubungkan antara pilihan optimal (jumlah permintaan) dengan nilai yang berbeda dari harga dan pendapatan. 
penulisan fungsi permintaan berdasarkan harga dan Pendapatan: x1 (p1, p2, m) dan x2 (p1, p2, m). Untuk setiap rangkaian harga dan pendapatan yang berbeda, akan ada kombinasi yang berbeda dari barang yang optimal pilihan konsumen. Pilihan yang berbeda akan menyebabkan permintaan yang berbeda fungsi.

1.         Barang Substitusi Sempurna
Barang pengganti yang sempurna memiliki tiga kemungkinan penyebab. Jika p2 > p1, maka kemiringan garis anggaran lebih datar daripada kemiringan kurva indiferen. Dalam hal ini, bundel yang optimal adalah dimana konsumen menghabiskan semua uangnya untuk pembelian barang 1.  Jika p1> p2, maka pembelian konsumen hanya pada barang 2.  terakhir, jika p1 = p2,  ada berbagai macam pilihan yang optimal.  Setiap jumlah barang 1 dan 2 yang memenuhi batasan anggaran dalam hal ini adalah yang optimal. Dengan demikian fungsi permintaan untuk Barang 1 adalah :


X1
=
{
m/p1
Jika p1
< 
p2
Angka diantara 0 dan m/p1
Jika p1
=
p2
0
Jika p1
> 
p2


Jika dua barang substitusi yang sempurna, maka konsumen akan membeli yang lebih murah. Jika kedua barang memiliki harga yang sama, maka konsumen tidak peduli mana yang dia membeli.









Pilihan yang optimal dengan pengganti yang sempurna. Jika barang pengganti yang sempurna, pilihan yang optimal akan berada di batas

2.         Barang Pelengkap sempurna
Pada kondisi barang pelengkap/komplementer sempurna , pilihan yang optimal harus selalu terletak secara diagonal, di mana konsumen adalah membeli dalam jumlah yang sama dari kedua barang, tidak peduli berapa harganya.  Contohnya sepasang sepatu (kiri dan kanan) adalah barang pelengkap yang sempurna.







Pilihan yang optimal dengan komplemen sempurna. Jika barang adalah komplemen sempurna, jumlah yang diminta akan selalu terletak pada diagonal karena pilihan optimal terjadi di mana x1 sama dengan x2.



Sejak dua barang selalu dikonsumsi bersama-sama, hal itu sama jika konsumen menghabiskan semua uangnya pada sebuah barng yang memiliki harga p1 + p2.

3.         Barang Netral dan Barang Buruk
Dalam kasus barang netral konsumen menghabiskan semua uangnya pada barang dia suka dan tidak membeli barang netral apapun. Sama hal yang terjadi jika salah satu komoditas adalah barang yang  buruk. Dengan demikian, jika komoditas 1 baik dan komoditas 2 adalah buruk, maka fungsi permintaan akan menjadi :

x1
  m 
  p1


x2 =
0

4.         Barang Berlainan
Misalkan barang 1 adalah barang berlainan yang tersedia hanya dalam bilangan unit, sementara barang 2 adalah uang yang akan dibelanjakan. Jika konsumen memilih 1,2,3, ··· unit barang 1, secara implisit akan memilih bundel konsumsi (1, m-p1), (2, m-2p1), (3, m-3P1), dan sebagainya.  Kita hanya dapat membandingkan kegunaan masing-masing bundel ini untuk melihat yang memiliki utilitas tertinggi.  Jika harga barang 1 sangat tinggi, maka konsumen akan memilih konsumsi nol unit; jika harga menurun konsumen akan merasa optimal untuk
mengkonsumsi barang 1 unit. Biasanya, jika harga berkurang jauh konsumen akan memilih untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi barang 1.






Barang Berlainan. Pada gambar A permintaan untuk barang 1 adalah nol, sedangkan pada gambar B terdapat permintaan sebanyak satu unit.


5.         Preferensi cekung
Pada pilihan barang yang berpreferensi cekung adalah bahwa terdapat tidak adanya pilihan yang optimal.  Pilihan yang optimal untuk preferensi ini selalu akan menjadi pilihan batas, seperti bundel Z pada gambar di bawah ini. Preferensi non cembung berarti jika sejumlah uang untuk membeli 2 jenis barang yang berbeda, dan tidak ingin mengkonsumsi mereka secara bersama-sama, maka uang tersebut akan dihabiskan untuk salah satu jenis barang.









Pilihan yang optimal dengan cekung. Pilihan yang optimal adalah titik batas Z, bukan titik singgung interior X, karena Z berada pada kurva indiferen yang lebih tinggi.



6.         Preferensi Cobb-Douglas
Misalkan fungsi utilitas adalah bentuk Cobb-Douglas, u (x1, x2) = x
c
x
d
maka digunakan
1
2
kalkulus untuk untuk mendapatkan pilihan yang optimal untuk fungsi utilitas ini. Rumus fungsinya akan menjadi :


x1 =
    c    

  m 
c + d

 p1




X2 =
   d    

  m 
c + d

 p2


Preferensi Cobb-Douglas memiliki properti yang sesuai. Sebagian dari penghasilan pada konsumsi Cobb-Douglas akan dihabiskan pada barang 1.  Jika konsumsi x1 unit barang 1, maka biayanya adalah p1.x1, jadi ini merupakan sebagian kecil p1.x1/m dari total pendapatan. Fungsi permintaan x1 maka menjadi :
   
 P1X
=
   P1   
x
   c   
x
   m 
=
   c  
m
m
c + d
  p1
c + d
  
Demikian pula sebagian pendapatan konsumen dihabiskan pada barang 2 adalah d / (c + d).  Dengan demikian konsumsi Cobb-Douglas selalu menghabiskan sebagian Pendapatan tetap nya pada setiap barang. Ukuran sebagian ditentukan oleh eksponen dalam fungsi Cobb-Douglas.

MEMPERKIRAKAN FUNGSI UTILITAS
Dalam kehidupan nyata biasanya terlihat perilaku permintaan, tetapi masalah kita adalah untuk menentukan jenis preferensi apa yang dihasilkan perilaku tersebut.  Apabila terdapat pilihan konsumen di beberapa tingkat harga dan pendapatan yang berbeda. Misalnya pada tabel berikut.

Beberapa data yang menggambarkan perilaku konsumsi.
Tahun
p1
p2
m
x1
x2
s1
s2
utility
1
1
1
100
25
75
0,25
0,75
57,0
2
1
2
100
24
38
0,24
0,76
33,9
3
2
1
100
13
74
0,26
0,74
47,9
4
1
2
200
48
76
0,24
0,76
67,8
5
2
1
200
25
150
0,25
0,75
95,8
6
1
4
400
100
75
0,25
0,75
80,6
7
4
1
400
24
304
0,24
0,76
161,1

Ini adalah tabel permintaan untuk dua barang di berbagai tingkat harga dan pendapatan yang berlaku di tahun yang berbeda.  Telah dihitung porsi pendapatan yang dihabiskan pada setiap barang dalam setiap tahun dengan menggunakan rumus s1 = p1.x1 / m dan s2 = p2.x2 / m.  Untuk data ini, pengeluaran adalah yang relatif konstan. Pengeluaran rata-rata untuk barang 1 adalah sekitar 1/4, dan pendapatan rata-rata untuk barang 2 adalah sekitar 3/4. Tampaknya bahwa fungsi
 utilitas bentuk u (x1, x2) = x
1/4
x
3/4
tampaknya sesuai untuk data jenis ini.  Artinya fungsi
1
2
utilitas dari bentuk ini akan menghasilkan pilihan perilaku yang cukup dekat dengan perilaku pilihan yang diamati. Untuk kenyamanan kita telah menghitung utilitas yang terkait dengan setiap pengamatan menggunakan estimasi fungsi utilitas Cobb-Douglas ini.  Sejauh yang kami tahu dari
perilaku   yang   diamati    seolah-olah   konsumen   memaksimalkan     fungsi  u (x1, x2) = x
1/4
x
  3/4
1
2
Mungkin saja pengamatan lebih lanjut pada perilaku konsumen akan membawa kita untuk menolak hipotesis ini.  Namun berdasarkan data yang kita miliki, sesuai untuk mengoptimalkan model ini.

IMPLIKASI KONDISI MRS
Gagasan penting bahwa pengamatan perilaku permintaan memberitahu kita hal-hal penting tentang preferensi yang mendasari konsumen yang dihasilkan perilaku tersebut. Mengingat pengamatan yang cukup pada pilihan konsumen akan sering mungkin untuk memperkirakan fungsi utilitas yang dihasilkan pilihan-pilihan.  Tetapi mengamati pilihan konsumen pada seperangkat harga akan memungkinkan kita untuk membuat beberapa jenis kesimpulan yang berguna tentang bagaimana utilitas konsumen akan berubah ketika terjadi perubahan konsumsi.  Intinya adalah bahwa harga mengukur tingkat di mana orang hanya bersedia untuk menggantikan satu barang untuk yang lain, mereka dapat digunakan untuk menilai kebijakan yang membuat perubahan dalam konsumsi. Fakta bahwa harga bukanlah angka sembarang tetapi mencerminkan bagaimana baasan nilai adalah salah satu ide yang paling mendasar dan penting dalam ekonomi.

PEMILIHAN PAJAK
Sedikit teori konsumen yang telah dibahas sejauh ini yang dapat digunakan untuk memperoleh kesimpulan menarik dan penting.  Pajak kuantitas adalah pajak atas jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi. Pajak penghasilan hanya pajak atas penghasilan. Jika pemerintah ingin menaikkan sejumlah pendapatan, adalah lebih baik untuk meningkatkan itu melalui pajak kuantitas atau pajak penghasilan



















Pajak penghasilan versus pajak kuantitas. Di sini kita mempertimbangkan pajak kuantitas yang menimbulkan pendapatan R *dan pajak penghasilan yang menimbulkan pendapatan yang sama. konsumen akan lebih baik pada posisi di bawah pajak penghasilan, karena ia dapat memilih titik pada kurva indiferen yang lebih tinggi.


Pajak penghasilan pasti unggul dari pajak kuantitas dalam arti bahwa jika dikumpulkan jumlah pendapatan yang sama dari konsumen dan masih meletakkanya pada posisi di bawah pajak penghasilan lebih baik daripada di bawah pajak kuantitas.  Namun terdapat keterbatasan, pertama Hanya berlaku untuk satu konsumen. Ini menunjukkan bahwa untuk setiap konsumen yang diberikan ada pajak penghasilan yang akan memperoleh dana sebesar uang dari konsumen yang sebagai pajak kuantitas. Dan yang kedua diasumsikan bahwa ketika kita dikenakan pajak pada pendapatan maka pendapatan konsumen tidak berubah. Diasumsikan bahwa pajak penghasilan pada dasarnya adalah pajak lumpsum yang hanya mengubah jumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen namun tidak mempengaruhi pilihan yang harus dibuat.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Luv AHM & 2NA